SELAMAT DATANG DI BLOG BIAS FAMILY

Kamis, 04 Desember 2008

Windi & Euis Akhirnya.....


Akhirnya datang juga......kata itu mungkin yang bisa ku ucapkan kepada kalian berdua. Ya.....akhirnya waktu itu datang jua. Sebentar lagi status kalian akan berubah, kalian memang beda....beda karena kalian sudah ada yang punya. Kalian akan membangun mahligai keluarga (bahasanya keren ya....) dan akan mengarungi suka duka kehidupan bersama pasangan kalian. Tentu ini merupakan berita bahagia bagi kami (Bias-red), karena 2 anggota kami sudah laku (barang kalee pake laku segala). Semoga kalian bisa membina keluarga yang sakinah sesuai dengan tuntutan agama. Dan semoga dengan bertambahnya keluarga bias, tidak akan mengurangi silaturahmi diantara kita, karena banyak cita2 yang belum kita capai dan banyak harapan yang belum tercipta.


Menyesal sekali, dihari bahagia kalian, aku tidak bisa hadir untuk menyaksikan pesta pernikahan kalian. Tapi aku mengirimkan doa, jauh2 dari Palembang, semoga kalian bahagia...Dan acara pernikahan nanti lancar tanpa ada gangguan dan hambatan...Amien....Win ....Euis...Akhirnya..............

Selasa, 12 Agustus 2008

Menjadi Seorang Sahabat




Ada satu perbedaan antara menjadi seorang kenalan dan menjadi seorang sahabat. Pertama, seorang kenalan adalah seorang yang namanya kau ketahui, yang kau lihat berkali-kali, yang dengannya mungkin kau miliki persamaan, dan yang disekitarnya kau merasa nyaman. Ia adalah orang yang dapat kau undang ke rumahmu dan dengannya kau berbagi. Namun mereka adalah orang yang dengannya tidak akan kau bagi hidupmu, yang tindakan-tindakannya kadang-kadang tidak kau mengerti karena kau tidak cukup tahu tentang mereka.


Sebaliknya, seorang sahabat adalah seseorang yang kau cintai. Bukan karena kau jatuh cinta padanya, namun kau peduli akan orang itu, dan kau memikirkannya ketika mereka tidak ada. Sahabat-sahabat adalah orang dimana kau diingatkan ketika kau melihat sesuatu yang mungkin mereka sukai, dan kau tahu itu karena kau mengenal mereka dengan baik. Mereka adalah orang-orang yang fotonya kau miliki dan wajahnya selalu ada di kepalamu. Mereka adalah orang-orang yang kau lihat dalam pikiran mu ketika kau mendengar sebuah lagu di radio karena mereka membuat dirimu berdiri untuk menghampiri mereka dan mengajak berdansa dengan mereka atau mungkin kau yang berdansa dengan mereka, mungkin mereka menginjak jari kakimu, atau sekedar menempatkan kepala mereka di pundakmu. Mereka adalah orang-orang yang diantaranya kau merasa aman karena kau tahu mereka peduli terhadapmu. Mereka menelpon hanya untuk mengetahui apa kabarmu, karena sahabat sesungguhnya tidak butuh suatu alasanpun.


Mereka berkata jujur-pertama kali - dan kau melakukan hal yang sama. Kau tahu bahwa jika kau memiliki masalah, mereka akan bersedia mendengar. Mereka adalah orang-orang yang tidak akan menertawakanmu atau menyakitimu, dan jika mereka benar-benar menyakitimu, dan jika mereka benar-benar menyakitimu, mereka akan berusaha keras untuk memperbaikinya. Mereka adalah orang-orang yang kau cintai dengan sadar ataupun tidak. Mereka adalah orang-orang dengan siapa kau menangis ketika kau tidak diterima di perguruan tinggi dan selama lagu terakhir di pesta perpisahan kelas dan saat wisuda.


Mereka adalah orang-orang yang pada saat kau peluk, kau tak akan berpikir berapa lama memeluk dan siapa yang harus lebih dahulu mengakhiri. Mungkin mereka adalah orang yang memegang cincin pernikahanmu, atau orang yang mengantarkan / mengiringmu pada saat pernikahanmu, atau mungkin adalah orang yang kau nikahi.

Dikutip dari Dudung.net

Rabu, 21 Mei 2008

MAHASISWA BANJARHARJO, BERHATI-HATILAH!!!



Sudah semenjak lama sebenarnya saya ingin menulis hal ini, suatu hal yang selama ini terus mengganjal dalam benak. Sekarang coba saya tumpahkan segala kegundahan dalam hari, semoga ini bisa jadi bahan refleksi atas jalan yang sudah kita tempuh.

Saya memulai tulisan ini dari sebuah fenomena yang menarik yang ada di daerah Banjarharjo (khususnya banjarharjo selatan, karena saya berasal dari sana), fenomena itu adalah semakin banyaknya para orang tua yang menyekolahkan anaknya, tidak hanya ke jenjang menengah atas, tapi juga sampai ke jenjang perguruan tinggi. Ini jelas menjadi hal yang sangat baik, karena hal itu bisa mengindikasikan semakin pedulinya orang tua terhadap pendidikan anaknya.

Bila dilihat secara sepintas, hal tersebut sesuatu yang baik, bagaimana tidak, hal itu mengindikasikan bahwa ke depannya akan banyak generasi-generasi muda yang mempunyai intelektual yang cukup untuk bisa membangun desa-desanya. Apalagi sebagai mahasiswa mereka dituntut untuk menjadi agent of change dimanapun dia berada. Sosok mahasiswa yang identik mempunyai idealisme yang kuat serta mampu berpikir kritis, tentu akan menjadi modal yang bagus untuk melakukan proses edukasi pada masyarakat.

Apa yang saya ungkapkan di atas adalah kondisi ideal yang harus dipenuhi dan dijalani oleh mahasiswa sebagai manusia intelektual yang pembelajar. Tetapi sayang, bila melihat kondisi riil di lapangan, saya justru banyak menjumpai hal sebaliknya. Hal ini bisa dilihat dari ketidaktahuannya peran dia sebagai mahasiswa. Banyak teman-teman yang mengalami sindrom gejala anomie, sebuah gejala dimana seseorang kehilangan pegangan terhadap apa yang dianutnya, hal ini diakibatkan karena dia mencoba memahami nilai-nilai baru sedangkan nilai-nilai lama yang dia pegangnya pun masih belum lepas sepenuhnya, sehingga hal tersebutlah yang menyebabkan kebimbangan.

Contoh sederhana, seorang mahasiswa yang kuliah di kota besar, dia datang sebagai anak desa yang memegang teguh nilai-nilai kesopanan. Pada saat di kota besar dia hidup menjadi anak kost bersama teman yang sudah dulu berada di kota itu (senior), temannya (senior) itu dulu teman main dia atau bahkan teman ngaji bareng, tetapi betapa kagetnya ketika dia melihat seniornya memasukan cewek ke dalam kamar kosnya. Pertama tentu dia tidak setuju dengan peristiwa itu bahkan mungkin mengutuknya. Tetapi karena kejadiannya berlangsung terus menerus, sehingga akhirnya dia mencoba menilai hal tersebut sebagai sesuatu yang “wajar” walaupun dia masih menganggap hal itu bukan hal yang benar. Cerita ini akan berlanjut terus menerus, sampai ada yuniornya yang akan menjadi generasi berikutnya.

Itu hanya cerita kecil yang terjadi, dan masih banyak lagi mahasiswa yang menjalani kuliah hanya sebagai rutinitas belaka, mereka hanya datang duduk dan diam. Kalaupun beberapa perubahan yang dibawa oleh mereka, tetapi itupun lebih hanya bersifat fisik dan penampilannya yang lebih kebarat-baratan. Tentu hal ini akan jadi ironis dengan harapan orang tuanya yang berharap banyak akan kesuksesan anaknya.

Apalagi bila dibenturkan dengan realitas yang ada di dunia kerja, dimana persaingan untuk mendapat pekerjaan semakin ketat, karena banyaknya pencari lowongan kerja dibanding jumlah lowongan yang tersedia. Masalahnya akan bertambah dengan kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh mahasiswa yang baru lulus. Sehingga membuat posisi tawarnya semakin lemah, tidak heran kalau ada sarjana yang dibayar sangat murah. Semakin lengkaplah penderitaan….

Apa yang saya tulis bukan untuk menakut-nakuti, saya hanya mencoba memotret kondisi riil yang terjadi yang coba dibenturkan dengan kondisi ideal yang seharusnya. Karena saya yakin secara potensi anak-anak mahasiswa banjarharjo (selatan) tidak kalah dengan daerah lain. Kita sebenarnya mempunyai modal untuk sukses, itu terjadi bila kita memegang nilai-nilai kebenaran dan kesopanan, mau bekerja keras dan pantang menyerah dalam menghadapi kegagalan. Untuk bisa bersaing setelah kita lulus nanti kita bisa mempersiapkan keterampilan yang akan dibutuhkan dalam dunia riil. Dan masa-masa kuliah lah waktu yang tepat untuk bisa mempersiapkan itu semua. Jadilah manusia intelektual yang mampu berpikir kritis dan menjadi manusia pembelajar yang selalu mengasah gergaji kemampuannya. Sehingga bila dianalogikan setelah lulus kita akan berperang, maka kita tidak takut karena kita sudah punya senjata yang lengkap untuk bertempur.

Saya hanya bisa berharap, semoga apa yang saya ungkapkan hanya merupakan sebuah ketakutan belaka tanpa akan terjadi menjadi sebuah realitas yang nyata. Semoga….



Jumat, 11 April 2008

Persahabatan (Sahabat Sejati)


Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkandan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatanmempunyai nilai yang indah.
Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapipersahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkanbertumbuh bersama karenanya…


Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapimembutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkanbesi,demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatandiwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti,diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak,namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukandengan tujuan kebencian.


Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahanuntuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnyaia memberanikan diri menegur apa adanya.
Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman,tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkandengan tujuan sahabatnya mau berubah.


Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usahapemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kitamembutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasimencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasihdari orang lain, tetapi justru ia beriinisiatif memberikandan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.


Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya,karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati,namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namunada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.


Beberapa hal seringkali menjadi penghancurpersahabatan antara lain :1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)2. Ketidakterbukaan3. Kehilangan kepercayaan4. Perubahan perasaan antar lawan jenis5. Ketidaksetiaan.Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkanoleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.


Renungkan :**Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri“Dalam masa kejayaan, teman2 mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman2 kita.”**